This is hilarious.
When the Task Force on the Eradication of the Legal Mafia paid a surprise visit to the prison in Pondok Bambu, East Jakarta, yesterday, what did they find?
Must have been a rather red-faced Artalyta Suryani, convicted of bribing prosecutors in a high profile case, who was in the middle of — wait for this — a laser cosmetic procdure!
Yes, apparently the Task Force team stumbled on Artalyta, aka Ayin, who must have been prone on some chair having her wrinkles removed.



That wasn’t all the Task Force found though. They also found in Ayin’s cell a TV set, air-conditioning, a sofa, a work desk and a refrigerator among other things. That’s better facilities than those at Chez Unspun times four.
Other inmates, such as convicted drug dealer Aling, were even more lavish. Aling apparently had a 8 meter square room more posh than a hotel and decked out for a karaoke. Boy! Those inmates must have it tough in Pondok Bambu, having to listen to Aling Sing and watch Ayin get rid of her blackheads, pimples and wrinkles – all in the name of repaying their debts to society.
Weird but true…but the most fascinating fact of all in the Seputar Indonesia story below about the surprise visit has nothing to do with the inmates.
Apparently the Task Force invited Justice Minister Patrialis Akbar to join them for the surprise visit. The Minister, however, declined, saying that he did not want to inconvenience anyone (exactly who, Pak Menteri?) and that he may not be free.
The Justice Minister may not be free? What’s this wishy washy excuse. He has a secretary and several aides who presumably know how to work a calendar and a diary so that the can clear unimportant stuff from the minister’s slate and free him for the more important stuff.
What could be more important to a Justice Minister than to let the citizens see that justice is being done in the country’s prisons?
Sel Artalyta Penuh Fasilitas Mewah
Monday, 11 January 2010
JAKARTA(SI) – Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum menemukan fasilitas mewah bagi narapidana kasus penyuapan Artalyta Suryani di Rutan Pondok Bambu,Jakarta Timur.
Ruang khusus milik Artalyta dilengkapi pendingin udara (AC), pesawat televisi, sofa, meja kerja hingga kulkas. Satgas mengungkap fakta itu setelah inspeksi mendadak (sidak) selama tiga jam tadi malam, antara pukul 19.00 hingga 22.00 WIB.Tim Satgas yang ikut dalam sidak antara lain Denny Indrayana, Mas Achmad Santosa,Yunus Husein, dan Herman Effendi. Lima narapidana yang didatangi adalah Artalyta Suryani (Ayin), Aling,Darmawati,Ines Wulandari, dan Eri.
Narapidana yang pertama kali didatangi oleh Satgas adalah Ayin.Ayin merupakan narapidana kasus suap terhadap Jaksa Urip Tri Gunawan.Ayin divonis lima tahun penjara. Tim Satgas menemukan Ayin berada dalam sebuah kamar berukuran besar di lantai tiga yang terpisah dengan tahanan lain. Ruang ini berbeda dengan sel yang sehari-harinya ditempati Ayin. Saat anggota satgas tiba, mereka mendapati Ayin tengah mendapat perawatan laser kosmetik oleh dokter khusus di ruang khusus itu.
“Di sana kita menemukan ruang khusus seperti kantor begitu, ada televisi,AC, sofa untuk tidur,ruang tamu,lengkaplah di sana,”ujar anggota Satgas Pemberantasan Mafia Hukum Mas Achmad Santosa di Jakarta tadi malam. Inspeksi mendadak sengaja dilakukan tim karena mendapat informasi dan pengaduan dari masyarakat akan adanya diskriminasi narapidana di Rutan Pondok Bambu. Merespons hal ini,Satgas lantas berkoordinasi dengan Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar.
Awalnya tim Satgas menghendaki agar menteri turut serta dalam sidak. Namun dengan alasan tidak ingin mengganggu,Menkumham menolak ikut. “Beliau tidak mau karena takut tidak bebas,” ujarnya. Penyimpangan yang dilakukan pihak pengelola Rutan Wanita Pondok Bambu itu tidak hanya dalam hal pemberian fasilitas mewah kepada Ayin serta para narapidana lain. Berdasarkan hasil sidak Satgas, anak-anak Ayin juga sering keluar masuk rutan.
Bahkan mereka bisa bebas bermain dengan ibunya di ruang tahanan.“Ada boks mainan anak-anak di kamar Ayin, lengkaplah di sana,”ujar Mas Achmad Santosa. Menurut dia, berdasarkan informasi yang dihimpun, Ayin sering mengajak anaknya masuk ke ruang tahanan dan baru pulang pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIB.“Kenyataan ini seperti puncak gunung es, tidak menutup kemungkinan akan ada perlakuan khusus yang lebih di lembaga pemasyarakatan lain,”ujarnya.

Leave a comment