Unspun‘s just rceived this, a press statement issued by the Malaysian Foreign Ministry in response to the bunch of guys with sharp bamboo sticks and blunt minds conducting “sweeping” operations for Malaysian citizens at Jalan Diponegoro in Jakarta.
PRESS STATEMENT BY FOREIGN MINISTER OF MALAYSIA ON SITUATION IN REPUBLIC INDONESIA
Malaysia expresses grave concern on the actions of certain quarters in the Republic of Indonesia which are intended to spark conflicts between the peoples of Malaysia and Indonesia. Allegations and accusations by certain sections of the Indonesian media as well as related incidents such as ‘sweeping’ operations targeted at Malaysians in Indonesia, burning of the Malaysian flag and demonstrations at Malaysian Embassy in Jakarta have given rise to controversy as well as negative perceptions by the people of both countries which may be detrimental to the long-standing bilateral relations.The Ministry of Foreign Affairs of Malaysia urges the Government of the Republic Indonesia to take the necessary actions in order to ensure the welfare and well-being of Malaysian citizens in Indonesia are taken care of, as well as to ensure that such aggressive actions of certain extremists in Indonesia are curtailed immediately.
In this regard, on 9 September 2009 The Hon. Datuk Anifah Aman, Foreign Minister of Malaysia has summoned H.E. Tan Sri Da’I Bachtiar, The Ambassador of the Republic of Indonesia to Malaysia, to express Malaysia’s position on the conflicting issues which has resulted in the deterioration of the bilateral relations of both countries. H.E. The Ambassador of Indonesia has contacted the Minister of Foreign Affairs of Indonesia as well as the Chief of the Indonesian National Police, who have assured that necessary measures will be taken to ensure the security of Malaysian citizens in Indonesia.
So far, there has been no report on any injuries or fatalities among Malaysians in Indonesia. The Ministry of Foreign Affairs and the Embassy of Malaysia in Jakarta will continue to monitor the situation closely and will issue reports accordingly.
To this end, the Ministry of Foreign Affairs and the Embassy of Malaysia in Jakarta have set up Operation Rooms, to receive reports of any related incidents from members of the public, especially from Malaysian citizens currently in Indonesia. The Operation Rooms can be contacted at:
Ministry Of Foreign Affairs (Wisma Putra), Putrajaya Operation Room:
Tel. : 03-88892746 / 03-88874750
Embassy of Malaysia, Jakarta Operation Room
Tel. : +6221-5224947 / +6221-5224971
MINISTRY OF FOREIGN AFFAIRS
PUTRAJAYA
9 September 2009
Walapun hanya 30 menit aksi “sweeping” dilakukan .. tapi “Pesan” yang ingin disampaikan oleh pendemo anti malaysia tersebut ternyata sampai juga ke Putra Jaya…. Hahahaha
Apakah cara-cara “sweeping” seperti ini hasilnya akan lebih effektif untuk menekan malaysia jika dibandingkan dengan upaya diplomatik yang dilakukan Indonesia selama ini ?
LikeLike
THIS IS JUST ABOUT A WIRED DANCE WHICH MALAYSIA DONT EVEN WANT. THE DISCOVERY CHANNEL SHOULD BE BLAME NOT MALAYSIA. MALAYSIA HAS BEEN SO KIND TO INDONESIAN FOR LETTING THEM STUDY AND WORK IN MALAYSIA DESPITE THEIR BARBARIAN ACT. YOU HAVE NO IDEA HOW MANY MALAYSIAN WERE ROBBED, KILLED AND RAPED BY INDONESIANS. INDONESIAN ARE TOO EMOTIONAL IN THIS MATTER.
LikeLike
Mosaic,
Masalahnya tidak sesederhana itu. tapi kasus tari pendet hanyalah pemicu timbulnya gerakan spontan anti malaysia di Indonesia …
Buka mata anda dan lihat bagaimana PDRM, Rela dan petugas imigrasi memperlakukan “Indon” seperti “musuh” mereka walaupun kami datang secara legal dan dengan prosedur yang benar. Tahukan anda bagaimana mereka dengan semena-mena, kejam, kasar, biadab merperlakukan Indon, tidak hanya terhadap buruh migran, penghinaan juga dilakukan terhadap olahragawan yang diundang resmi, wisatawan, bahkan warga yang menunjukkan paspor diplomat sekalipun. Xenofobia seolah berulang tatkala tentara, polis, dan anggota Rela berhadap-hadapan dengan orang Indonesia. Itulah akar yang membangkitkan sentimen anti-Malaysia.
Tahukah anda sikap-sikap yang memperlecehkan Indonesia dan warga Indonesia itu sebenarnya sengaja dirancang dan dibangun oleh pihak kerajaan malaysia sendiri secara sistematis dan terus menerus dipropagandakan di media maisntream malaysia seperti Utusan, Berita Harian, Metro, Mstar, Bernama, RTM dan banyak lagi …
Tahukan anda bahwa rakyat malaysia pada umumnya menganggap pekerja Indonesia bodoh, tak terdidik, dan akar kejahatan di negara mereka meskipun faktanya delapan puluh persen penjenayah orang Malaysia sendiri. Betapa parah stereotip orang Malaysia terhadap Indonesia bisa dilihat di Malaysia Forum seperti cari.com dan lain-lainya.
Pihak kerajaan malaysia secara sengaja menggunakan othering strategi untuk menjelek-jelekan Indonesia terutama semenjak Indonesia memasuki masa reformasi 10 tahun yang lalu. Othering adalah strategi untuk menegaskan jati diri dengan membingkaikan pembanding secara negatif. Rakyat Malaysia dibodohi, ditakut-takuti dengan propaganda bahwa bila reformasi ala Indonesia ditiru, kekacauan akan merebak di Malaysia. Pemerintah menyebarkan propaganda bahwa “reformasi Indonesia menciptakan kekerasan politik, memakan korban jiwa, dan menghancurkan harta benda.” Selain itu dicitrakan pula kepada etnis non-Melayu bahwa bumiputera yang berkuasa di Malaysia (UMNO) lebih beradab memperlakukan mereka ketimbang peribumi di Indonesia. Berita-berita negatip mengenai Indonesia secara terus menerus diberitakan di media perdana mereka untuk memperkuat “othering strategi” mereka di depan seluruh rakya malaysia …
Pembingkaian ini secara efektif berhasil menakut-nakuti kelas menengah puak Melayu dan etnis Tionghoa di Malaysia. Tapi akibatnya membuat citra Indonesia semakin buruk di Malaysia, bahkan timbul kesan bahwa semua keburukan dan kejahatan yang terjadi selama ini di Malaysia disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh warga Indonesia.
Penguasaan media yang ketat menyebabkan kebobrokan rezim penguasa tak terungkap, tak terdedah. Rakyat Malaysia dibius dengan keberhasilan-keberhasilan semu yang tampak indah secara kasat mata, tapi buruk di akar.
Semua itu menjelaskan mengapa berita-berita tentang rasuah, korupsi oleh para pejabat negara dan kroni-kroni pihak pengauasa serta keluarganya tak terungkap. Begitu juga kebengisan polis Diraja Malaysia. Rezim penguasa melalui media massa secara cerdik membius rakyat dengan mempropagandakan keberhasilan pembangunan negeri.
Sistem yang bobrok dan korup ini serta keberhasilan strategi “othering” yang menyebabkan warga Indonesia dihinakan oleh Polis Diraja Malaysia dan Rela berulang kali dan diperlakukan sebagai Hamba. Padahal pada tahun 1970-an, Malaysia merayu Indonesia mengirimkan para guru, dosen, dan pekerja mahir membangun infrastruktur negara seperti bandara.
Buaian rezim berkuasa di negara itu kepada rakyat mereka: Malaysia teladan bagi keberhasilan sebuah negara membangun. Negara-negara lain berada di belakang. Tak perlulah mengikuti negara lain. Media massa Malaysia menjadikan angkasawan pertama Malaysia sebagai salah satu exemplar bingkai “kejayaan Malaysia” itu, selain “prestasi bangsa Melayu sejauh ini.” Pembingkaian tersebut boleh dibilang bentuk fasisme lunak.
Perhatikan propaganda pemerintah melalui Bernama berikut.
“We mustn’t forget that some countries, which were doing even better than us when we achieved Merdeka, had fallen by the wayside because of poor governance and instability.”‘
Jika yang dimaksud “some countries“ di antaranya Indonesia, strategi othering tersebut boleh dibilang sudah kadaluarsa, tapi anehnya terus dipertahankan hingga kini.
Puncak kepongahan malaysia adalah provokasi terang-terangan TLDM mereka di Ambalat pada awal tahun 2005 … padahal pada saat itu Indonesia sedang berkonsentrasi menanggulangi bencana tsunami di Aceh.
Kami rakyat Indonesia tidak bodoh melihat semua itu, apalagi ditambah sikap pemerintah Indonesia (SBY) yang selalu “ragu-ragu, takut dan tidak tegas” menghadapi sikap dan provokasi malaysia selama ini dan membiarkan warga negara indonesia yang tinggal dan bekerja di malaysia terus-menerus dicibir dan diperlakukan semena-mena.
Enough is enoigh. Sabarpun juga ada batasnya. Walaupun terlambat, tindakan spontan masyarakat indonesia (yang juga didukung oleh media yang ada di Indonesia) saat ini perlu dihargai dan didukung oleh kita semua. Jika pemerintah indonesia tidak sanggup mempertahankan harga diri bangsa maka biarkanlah rakyat sendiri yang bertindak. Tapi ingat, tetap gunakan cara-cara yang beradab sebab insiden terakhir (sweeping) malah memperkuat “othering” strategi pemerintah mereka di depan rakyatnya sendiri.
LikeLike
Anti Rela, I think you’re trying to convince yourselves more than others of your own theory hence at the slight trace of anything that may appear to support your hypotheses (however skewed and not it may be), you’re ever so ready to jump at the conclusion.
Im not saying its only ridiculous to assume that there’s no perverse propaganda attached in some RELA conducts (or misconducts) but to assume every action is highly and only driven to undermine Indonesian culture per se is downright absurd. Im not sure if you’re one of the purge victim, but assuming you’ve fallen victim to these unscrupulous hands (which explains unforgiving tone in your writings), we’re sorry, but Im sure you’re aware that paperless aliens in Malaysia do not consist of only Indonesians. Bangladeshis, Myanmar (although most of them now easily getting away with UNHCR papers), Filipinos, Laos and cambodians are among the few more lots making their ways here and to strategize every other purging propaganda is almost pointless (as propaganda is meant to reach the public and influenced their way of life, oh yeah! only Indonesians are worthy being the b*tt of the..ehhh propaganda (you implied so!) like we all have enough time for ourselves already!–we’re getting to propaganda soon enough). Your samples of othering theory are weaved conviniently albeit unintelligently and as if every case has an absolute reason; obligedly rigid to its sole and primary cause.
Even if I tackle the assumptions thrown here at the lowest denomination of face value, they still appear ridiculous. malaysian media is said to be all spiteful and act voluntarily as the loudspeaker of hate Indonesia propaganda (as allegedly commissioned by the Malaysian gov). I dont think so! For all it is (even after the public cry over excessive airtime of Indonesian sinetrons- prime time not spared) its hardly Indo Haters . With the big followings of some of Indo bands here – I guess the propaganda only works in reverse eh?
“We mustn’t forget that some countries, which were doing even better than us when we achieved Merdeka, had fallen by the wayside because of poor governance and instability.”
you’re reading too much into the lines (the invincible ones at that!) even if its not directed at you (irregardless of how literal this statement was made without any mentions of the word Indonesia) your insecurity only help to magnify your imaginary inclusion. Nah! im not buying..not that Im buying UMNO’s “othering” menu having said that.
You see, anti Rela, people come in all manner of shapes and sizes, so do Malaysians (and Indonesians alike). I might not ever so readily agree with my Gov’s stance and so does probably thousands of Malaysians in Jakarta about to fall prey to these unauthorized vigilantes. To hold us account to your fallen national pride is very unfair if not barbaric but to make this resonate (and justifiable) through allegedly tit-for-tat sweeping for what Rela has done is even worse, for the latter is at least justified by fiscal reasons(Im not ruling out misconducts along the way but to ascribe high-handedness of propaganda in the main way is just funny..keep credits where its due) and the former is purely blind emotional patriotism.
LikeLike
Malaysians react when their media reported about the so-called sweeping of Malaysian in Indonesia. I deplore such act, I also hope that Bendera people will be questioned by the police.
So maybe you in Malaysia will start to understand why Indonesian react when Indonesians in Malaysia were harmed by RELA many times or by the malaysian Navy etc.
For example when malaysian NAVY shot a fishing boat belongs to fisherman in Nunukan, our media reported it, they show the boat that has been shot, they interviewed the fishermen, while the fishermen themselves certain they are still in Indonesian waters. And about the caning of Indonesians illegal migrants. Etc.
This kind of news were too frequent for us to hear and witness. It affect us too.
Malaysians only hear a news about some Bendera bunch threat Malaysians, without any Malaysians were actually harmed. But what we hear in return was/is many times worse. I am just trying to portrait the effect of what you hear and see in the media here. Hope you understand what I mean.
LikeLike
Anti Rela, I agree 1000% with your opinion ..
Honestly speaking, many Indonesians like me, very very disappointed with Malaysia provocation in Karang Unarang (Ambalat) in February 2005. This incident has changed my perception on Malaysia … I don’t still understand how they can do that to their neighbor when we still busy to help our people in Aceh after a 9.0 earth quake + big tsunami in December, 2004. Thats the turning point, not only for me but also to many other Indonesians.
Other incidents such as Rasa Sayange, Reog Pononrogo, Angklung, Nirmala Bonat, Ronald, Reog Ponorogo, further incident in Ambalat, Pendet etc make me feel that there is no good in faith as a neighbor from Malaysia ..
So, I can understand why many Indonesians ultra nationalist like Bendera can’t control their emotion as same as an idiot Malay like Khairy Jamaluddin …
——-
Khairy: Don’t test our patience
PETALING JAYA: Indonesians should not continue to test the patience of Malaysians, said Umno Youth chief Khairy Jamaluddin.
“Indonesians should understand that Malaysians are also sensitive, and get angry at hearing our country labelled negatively, and seeing our national flag burnt.
“We realise we need to understand and learn about the sensitivities of Indonesians. I hope Indonesians will not continue testing the patience of Malaysians because it will incite similar aggressive nationalism from us,” he said in a statement yesterday.
——-
LikeLike
Khairy is an UMNO politician. He does not reflect the ordinary Malaysian rakyat’s view.
LikeLike
I agree with Anti-Rela and the Spirit of Freedom in one thing:
the incident in Takat Unarang 21 February 2005 has changed everything.
LikeLike
Ini adalah blog yang paling berilmiah mengenai kes berkaitan..Yang lainnya banyak provokasi dan caci mencaci..
Harapan supaya tidak berlaku bencana kerana ianya hanya akan memberikan kemudahan kepada Amerika dan sekutunya untuk bertepuk tangan..
———–
LikeLike
Kita serumpun,Sebangsa,SeAgama,sedarah-Daging,cubit peha kira,peha kanan kan terasa juga.
Jagan jadi BODOH, BANGANG & BUTA PERUT….musuh kita sedang menyelak ruang untuk menghancurkan kita Malaysia & Indonesia.
Mohon ampun & maaf jika ada keterlanjuran antara kita, sebagai rakyat Tanah Melayu, Bangsa Melayu saya begitu marah jika negara lain dihina terutamanya Jiran SeAgama seBangsa. Saya amat percaya, YANG mengubah dan memutarbelitkan bait kata2 lagu Indonesia itu bukan orang Malaysia tetapi orang lain yang bencikan perdamaian serta keakraban kedua negara kita. Wahai saudaraku di Indonesia,aku tak mahu seganding Iran & Iraq,walau hanya berselang ketiak tetapi tak sebulu.Amerika & Yahudi tak pernah senang & tak pernah puas jika Islam itu UTUH & bangsa lain itu lebih beroleransi antara mereka. Maka provokasi demi provokasi terbentuk akhirnya perang yang tidak tahu Siapa yang SYAHIDNYA kerana seagama berlaku.
Jgn juga kita seperti Kuwait & Iraq, bertutur bunyi bagai Indon & Malaysia tetapi perang juga akhirnya angkara Yahudi & Amerika, soalannya kenapa Iraq yg terus menjadi mangsa sehingga Saddam digantung sula. Semuanya angkara takutnya Amerika & Yahudi yang kononnya akan bangkit satu @ dua kumpulan bangsa yang kekuatannya mampu mengatasi mereka, kekuatan ROHANI kekuatan Islam itulah paling digeruni.Jika Indonesia & Malaysia terus bersatu hati & seterusnya berkongsi kekuatan jasmani,rohani & ketenteraan serta Jihat Islam, maka Amerika & Yahudi sudah melihat akan kebangkitan satu bangsa yang mampu mengubah POLA pandangan DUNIA.
Wahai Saudaraku Indonesia, buat pengetahuan, rakyat Malaysia juga bukan bacul & pengecut, tak mampu lakukan protest membakar bendera segala,juga bukan tak mampu menyatakan kami juga JANTAN…tetapi itu bukan pendirian kami dan bukan cara kami, selalu kami nampak bagaikan yang sentiasa mengalah, namun kami juga punya maruah dan harga diri. Kami tidak terlalu berEmosi. Kami prihatin & kami sedar apa yang baik dan buruk. Bak kata pepatah “kita bagaikan aur dengan tebing. Maka Rakyat Indonesia sekalian, bertenanglah, musuh yang sebenar bukan seAgama seBangsa tetapi di sana….! yang sentiasa hasad & dengki dengan kita. Gunalah AKAL bukan EMOSI dong.Sesungguhnya bangsa yang lemah adalah bangsa yang mudah dibuai emosi.
Maka kedua-dua bangsaku, marilah kita bersatu demi, Agama Bangsa & Negara. SESUNGGUHNYA yang HINA itu bukan dari Malaysia maupun Indonesia tetapi dari Musuh kita.
Sekian..Salam kasih sayang dari aku Anak Malayu bersalahsilah darah Indonesia juga namun aku anak Malaysia & tetap bukan Bacul. Apa pun Kembalikanlah kedamaian & kasih sayang kita…Amin
LikeLike
SMUA MANUSIA BISA MELAKUKAN KESILAPAN. TIADA YG SEMPURNA. SBG MANUSIA, HARUS SENTIASA SEDAR BAHAWA YG BURUK ITU DATANGNYA DR MANUSIA DAN YG BAIK ITU DATANGNYA DARI ILAHI. SAMA-SAMALAH KITA BERMUHASABAH DIRI DAN JANGAN MEMBERI PELUANG KEPADA PERKARA YANG SIA-SIA.
LikeLike
selamat menyamabut hari lebaran buat umat islam di Malaysia dan Indonesia
LikeLike
Saya pikir saatnya kita sama-sama berpikir jernih dan lebih mendalam dalam menyikapi konflik ini..jangan saling terbawa emosi dengan artikel dan komentar-komentar yang ada dalam berbagai media,forum,dan blog..satu hal yang pasti : ADA YANG DIUNTUNGKAN DARI PERTIKAIAN INDONESIA-MALAYSIA..jadi menjadi tanggung jawab kita bersama untuk lebih memahami kasus ini lebih jernih!!!
SEDIKIT OPINI YANG MUNGKIN BISA KITA RENUNGKAN SEJENAK DALAM MENYIKAPI KASUS INI..
Pihak Ketiga dalam Konflik Indonesia Malaysia
LikeLike
sad to see indonesians declare war against malaysia over silly and trivial issues
LikeLike
http://portyeug.com/
LikeLike